Dosen FAI, Ahmad Marzuki Berhasil Meraih Gelar Doktor Dengan Predikat Cumlaude

Ahmad Marzuki, salah satu Dosen jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas Yudharta Pasuruan kini menyandang gelar Doktor predikat dengan pujian (cumlaude) dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA). Ia akan diwisuda bersama para lulusan lainnya di Gedung Sport Center UINSA, pada hari sabtu 18 November 2017.
Pria kelahiran Mojokerto ini berhasil meraih gelar doktor setelah mempertahankan disertasinya yang berjudul “Minoritas Muslim dan Budaya Lokal: Peran Majelis Taklim dalam Membentuk Perilaku Adaptasi Masyarakat Muslim di Wilayah Suku Tengger Kab. Pasuruan” di hadapan tim penguji yang terdiri dari Prof. Dr. H. Husein Aziz, M.Ag Direktur Pascasarjana UINSA (Ketua), Prof. Dr. H. Shonhaji Sholeh, Dip. Is (Penguji), Prof. Masdar Hilmy, MA, Ph. D Wakil Direktur UINSA (Penguji), Dr. H. Hanun Asrohah, M.Ag Kepala Program Studi S3 PAI (Sekretaris), Prof. Dr. H. Ali Mudhofir, M.Ag Dekan Fakultas Tarbiyah (Penguji), Prof. Dr. H. Abdul Haris, M.Ag Rektor UIN Malang (Penguji), dan Prof. Dr. H. Nur Ahid, M.Ag Direktur Pascasarjana STAIN Kediri (Penguji Utama) dalam ujian terbuka, Jumat, 17 November 2017 di Gedung Twin Tower B lantai 3 Kampus Pascasarjana UINSA Surabaya.
Bapak dari dua anak, Farah Ahmida dan Azwan Murtaza ini menghasilkan disertasi di bawah bimbingan promotor utama Prof. Dr. H. Shonhaji Sholeh, Dip. Is, dan promotor kedua Prof. Masdar Hilmy, MA, Ph. D. Uniknya, Kepala Pusat Pengembangan Informasi dan Komunikasi (PPIK), Universitas Yudharta Pasuruan ini mengangkat tema tentang peran majelis taklim di wilayah minoritas muslim suku Tengger yang selama ini minim perhatian dari pemerintah.
Dalam disertasinya antara lain, suami dari Indah Saraswati, SE. ini, memaparkan tentang pentingnya peran majelis taklim dalam membentuk perilaku adaptasi masyarakat muslim suku Tengger dengan budaya lokal melalui peningkatan pengetahuan keagamaan jamaahnya (masyarakat Muslim) meliputi tiga hal, yaitu pembinaan tentang aqidah, pembinaan tentang fiqih ibadah, dan akhlaq Islam.
“Selain itu, temuan dari penelitian ini perlunya inovasi kurikulum pendidikan Islam berbasis masyarakat suku Tengger (budaya lokal). Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan sebagai kajian awal materi-materi pendidikan Islam yang adaptif dengan kearifan lokal, atau dalam bahasa peneliti adalah “Teori adaptasi pendidikan” sehingga dapat memudahkan bagi tenaga pendidik/mualim dalam menentukan strategi penyampaian materi keagamaan dan juga dapat menyesuaikan dengan kondisi struktur budaya dan struktur sosial masyarakat suku Tengger, “ ujarnya.