Kisah Kebersamaan Santri, Mahasiswa, dan Pemuda Gereja

Kalau masih ada orang yang bertanya bagaimana kehidupan masyarakat di Indonesia yang berasal dari suku, budaya, serta agama yang berbeda, maka perlihatkanlah foto yang diunggah oleh pemilik akun Facebook Dody D’x di atas. Menggunakan kamera seadanya, foto ini nyatanya mengandung pesan kebersamaan bagi masyarakat di seluruh negeri ini, ditengah situasi ‘mencekam’ karena kelakuan bejat (aksi bom bunuh diri) teroris atas nama agama di Gereja Surabaya beberapa minggu yang lalu.
“Marem aku lek modele kyok ngene” (tentram rasanya kalau seperti ini), begitulah judul yang ditulis oleh Dody untuk menggambarkan cerita dibalik pengambilan foto dengan background gambar salib di atas. Bagi mereka yang belum terbiasa bergaul dengan masyarakat lintas agama, bisa jadi foto tersebut dianggap tabu atau bahkan dianggap terlarang.
“Foto ini diambil di Gereja Kristen Jawa Wetan (GKJW) Pandaan bersama Santri Pesantren Ngalah, BEM Yudharta, PMII, MATAN, dan GMNI saat menghadiri undangan GKJW untuk melaksanakan kegiatan bagi-bagi takjil di perempatan Kasri Pandaan, kemudian dilanjutkan buka bersama dengan masyarakat sekitar Gereja” terang Dody saat menjelaskan foto yang diunggah pada 19 Mei 2018 tersebut.
Dody yang tercatat sebagai salah satu Mahasiswa Teknik Industri Universitas Yudharta Pasuruan (UYP) ini memang salah satu aktifis organisasi MATAN. Ia bersama teman-temannya dari empat organisasi yang berbeda (PMII, GMNI, Santri Ngalah, dan Jemaat GKJW) sudah terbiasa melakukan kegiatan seperti ini secara bersama-sama saat Ramadhan tiba, demi terciptanya tali persaudaraan antar umat berbeda keyakinan.
Diakhir kisahnya Dody mengungkapkan kebanggaanya ikut serta kegiatan sosial semacam ini, terlebih dibulan suci Ramadhan, tanpa memandang dari mana ia berasal, apalagi perbedaan soal agama yang ada pada mereka. “Beruntung bisa merasakan Ramadhan bersama kawan-kawan Kristen dalam kegiatan bagi-bagi 1000 takjil. Hal yang paling terkesan adalah mendapatkan pembelajaran budi pekerti luhur dari teman GKJW, meskipun berbeda keyakinan mereka dengan senang hati menyediakan takjil, menu buka bersama dan mempersiapkan tempat sholat maghrib di sekitar Gereja bagi kawan-kawan Muslim,” ceritanya.
“Semoga dari kegiatan ini seluruh masyarakat Indonesia, bisa belajar dan merefleksikan tentang indahnya toleransi dan perbedaan dalam kebersamaan,” tutupnya.
______________________________________
Ingin kuliah di Universitas Yudharta Pasuruan, klik sini….