Budayakan Menulis … !!! Mahasiwa Universitas Yudharta Pasuruan Terbitkan Sebuah Buku.

Kehidupan mahasiswa sangat erat kaitannya dengan hal ihwal akademik dan organisasi, dimana hampir seluruh kegiatannya berkecimpung di tataran intelektual yang nantinya bermuara pada hasil pikiran yang teoritis dan praktis (Yulianto Kaji, 2013: 14). Kegiatan dan budaya mulia ini telah diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi, diantara banyak bentuk budaya intelektual salah satunya yakni menulis. Budaya menulis menjadi sarana intelektual yang menjadi dasar primer dalam setiap pewarisan budaya, hal ini jelas dapat kita telisik dari manuskrip, artefak hingga prasasti yg menjadi media kita meraba-raba dalam menggali dan menemukan budaya leluhur.
Maka melihat betapa fundamentalnya budaya menulis dalam ranah pengetahuan dan pemikiran ilmiyah universitas yang menjadi mercusuar intelektual pun ikut berbondong-bondong menjaga dan melestarikannya. Mulai dari menjadikan menulis sebagai prasyarat kelulusan hingga membaurkan mahasiswa dengan karya tulis.
Sebagai bagian dari kelompok intelektual yang telah terlanjur diidentifikasi sebagai insan yang gemar dan familiar terhadap budaya tulis menulis, BEM Universitas Yudharta yang di inisiasi oleh Bagus Sulistiawan (Presiden Mahasiswa UYP) dan Mukhamad Siha Budin (Wakil Presiden Mahasiswa UYP) ikut menerbitkan buku di Tahun 2018 dengan judul Antologi Essay Merawat keberagaman Indonesia. Dalam buku ini, BEM Universutas Yudharta tergerak untuk mengumpulkan essay dan menyusunnya sehingga menjadi prasasti yang diharapkan bisa memberi pemahaman terkait Nasionalisme dan Pluralisme. Dalam buku yang sudah realese sejak 1 tahun yang lalu ini pembaca akan diberi pemahaman yang beragam dari berbagai essay tentang bagaimana Konsep Pluralisme dan Nasionalis yang menjadi pegangan Universitas Yudharta dalam melaksanakan pendidikannya. Uniknya buku ini tak hanya menyajikan satu sudut pandang tentang bagaimana Hakikat Tokeransi dan Nasionalisme akan tetapi secara kompleks menyajikan banyak pandangan dari pengajar, hingga mahasiswa. Sehingga pemahaman pembaca akan bermuara pada sifat dasar ilmuwan yang oleh K.Ganna (2013) disebut sebagai pemahaman yang relatif. “Rob”
